Minggu, 22 Januari 2012

JODOH

Jodoh adalah problema serius, terutama bagi para Muslimah. Kemana pun mereka
melangkah, pertanyaan-pertanyaan “kreatif” tiada henti membayangi. Kapan aku menikah? Aku
rindu seorang pendamping, namun siapa? Aku iri melihat wanita muda menggendong bayi, kapan
giliranku dipanggil ibu? Aku jadi ragu, benarkah aku punya jodoh? Atau jangan-jangan Tuhan berlaku tidak adil?
Jodoh serasa ringan diucap, tapi rumit dalam realita. Kebanyakan orang ketika berbicara soal jodoh selalu bertolak dari sebuah gambaran ideal tentang kehidupan rumah tangga. Otomatis dia lalu berpikir serius tentang
kriteria calon idaman. Nah, di sinilah segala sedu-sedan pembicaraan soal jodoh itu berawal. Pada mulanya, kriteria calon hanya menjadi ‘bagian masalah’, namun kemudian justru menjadi inti permasalahan itu sendiri.
Di sini orang berlomba mengajukan “standardisasi” calon: wajah rupawan, berpendidikan tinggi, wawasan luas, orang tua kaya, profesi mapan, latar belakang keluarga harmonis, dan tentu saja kualitas keshalihan. Ketika ditanya, haruskah seideal itu? Jawabnya ringan,“Apa salahnya? Ikhtiar tidak apa, kan?” Memang, ada juga jawaban lain, “Saya tidak pernah menuntut. Yang penting bagi saya calon yang shalih saja.” Sayangnya, jawaban itu diucapkan ketika
gurat-gurat keriput mulai menghiasi wajah. Dulu ketika masih fresh, sekadar senyum pun mahal.

Tidak ada satu pun dalih, bahwa peluang jodoh lebih cepat didapatkan oleh mereka
yang memiliki sifat superior (serbaunggul). Memperhitungkan kriteria calon memang
sesuai sunnah, namun kriteria tidak pernah menjadi penentu sulit atau mudahnya
orang menikah. Pengalaman riil di lapangan kerap kali menjungkirbalikkan prasangka-prasangka kita
selama ini.

Jodoh, jika direnungkan, sebenarnya lebih bergantung pada kedewasaan kita. Banyak orang merintih pilu, menghiba dalam doa, memohon kemurahan Allah, sekaligus menuntut keadilan-Nya. Namun prestasi terbaik mereka hanya sebatas menuntut, tidak tampak bukti kesungguhan untuk menjemput kehidupan rumah tangga.
Mereka bayangkan kehidupan rumah tangga itu indah,bahkan lebih indah dari film- film picisan ala bintang India, Sahrukh Khan. Mereka tidak memandang bahwa kehidupan keluarga adalah arena perjuangan, penuh liku dan ujian, dibutuhkan napas kesabaran panjang, kadang kegetiran mampir susul-menyusul. Mereka hanya siap
menjadi raja atau ratu, tidak pernah menyiapkan diri untuk berletih-letih membina keluarga.
Kehidupan keluarga tidak berbeda dengan kehidupan individu, hanya dalam soal ujian dan beban jauh lebih berat. Jika seseorang masih single, lalu dibuai penyakit malas dan manja, kehidupan keluarga macam apa yang dia impikan?
Pendidikan, lingkungan, dan media membesarkan generasi muda kita menjadi manusia-manusia yang rapuh. Mereka sangat pakar dalam memahami sebuah gambar kehidupan yang ideal, namun lemah nyali ketika didesak untuk meraih keidealan itu dengan pengorbanan. Jika harus ideal, mereka menuntut orang lain yang menyediakannya. Adapun mereka cukup ongkang-ongkang kaki. Kesulitan itu pada akhirnya kita ciptakan sendiri, bukan dari siapa pun.

Bagaimana mungkin Allah akan memberi nikmat jodoh,jika kita tidak pernah siap untuk itu? “Tidaklah Allah membebani seseorang melainkan sekadar sesuai kesanggupannya.” (QS Al Baqarah, 286). Di balik fenomena “telat nikah” sebenarnya ada bukti-bukti kasih sayang Allah SWT.
Ketika sifat kedewasaan telah menjadi jiwa, jodoh itu akan datang tanpa harus dirintihkan. Kala itu hati
seseorang telah bulat utuh, siap menerima realita kehidupan rumah tangga, manis atau getirnya, dengan lapang dada.
Jangan pernah lagi bertanya, mana jodohku? Namun bertanyalah, sudah dewasakah aku?

sumber:
gunawan gundul <gundultua@yahoo.co.id>

Minggu, 03 Mei 2009

bahasa media TV

Pokok bahasan: bahasa yang digunakan dalam media elektronik

Data :

  1. bahasa berita
  2. bahasa infotainment

Persamaan :

menyampaikan informasi

Perbedaan :

Dalam Hal

Berita

Infotainment

Tema

Yang dibahas

Bahasa yang digunakan

Nada bicara

Umum; dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya

Peristiwa-peristiwa mutakhir yang terjadi lokal,regional dan internasional

1.Menggunakan bahasa sehari-hari.

2.Menggunakan kalimat-kalimat pendek.
3.Membatasi narasi atau berita hanya pada satu tema utama
4. gaya percakapan.
5. menghindari susunan kalimat terbalik.
6 bahasa sederhana, tidak bercampur-aduk dengan kata-kata asing

Disampaikan dengan cepat dan tepat namun tidak menggurui dan intonasi yang tepat

Hiburan

Kehidupan artis atau selebriti

1. menggunakan gaya bahasa hiperbol

2. menggunakan kalimat cemooh,menuding dan menyudutkan

3. bahasa visual terlalu vulgar, misal menggunakan kata artis yang bertubuh seksi ini

4. menggunakan perumpamaan yang kasar, seperti tak ada asap jika tak ada api

nada bicara tinggi, terkesan garang dan tidak jarang memberi nasihat “hendaknya masalah diselesaikan dengan kepala dingin” akan tetapi bahasa yang digunakan memprofokasi

Hubungan keduanya:

Kedua jenis program televissi tersebut sama-sama menyampaikan informasi secara lisan dengan menggunakan media elektronik. Akan tetapi ada perbedaan dalam hal tema,topik yang dibahas, bahasa yang digunakan dan nada bicara dalam penyampaian. Bahasa yang digunakan dalam berita lebih sopan dan formal sedangkan bahasa infotainment cenderung hiperbol dan tidak resmi.

Teori : infotainment merupakan salah satu wujud dari sisi ketidaksopanan masyarakat dalam membicarakan kejelekan orang terpandang dengan bahasa yang vulgar dan profokatif

Senin, 29 Desember 2008

Sang pemimpi

Karya sastra merupakan suatu hasil yang diperoleh melalui suatu rangkaian ide dan gagasan melalui bahasa yang digunakan. Jakob Sumardjo dan Saini K.M(1991:3) mangatakan bahwa karya sastra merupakan hasil pemikiran imajinatif dan pemikiran panjang yang tidak dapat dilepaskan dari realita kehidupan. Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat dan keyakinan dalam bentuk gambaran yang konkrit.

Fiksi atau karya sastra mrupakan hasil dialog, kontemplasi, dan realisasi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan.(Nurgiantoro,1998:3). Karya sastra hadir dan berperan penting dalam kehidupan masyarakat. Karya sastra banyak memuat kenyataan yang terjadi dalam jiwa, pikiran, dan kesadaran manusia.

Nurgiantoro(1995:1-2) menyatakan bahwa dunia kesusastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra. Prosa atau novel dalam pengertian kesusastraan juga disebut fiksi yang menawarkan berbagai persoalan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati kehidupan yang kemudian diungkapkan kembali melaui fiksi sesuai dengan pandangan pengarang. Melalui ide dan gagasan itulah terwujud hasil sastra.

Sastra memang bukan kenyataan kehidupan sosial, tetapi selalu berdasarkan kenyataan sosial. Sastra adalah kenyataan sosial yang telah diolah oleh pengarangnya. Pengarang melahirkan karya sastra karena ingin menunjukkan kesalahan dan penyimpangan sosial serta protes terhadap masyarakat.

Novel merupakan hasil karya sastra yang menceritakan kehidupan suatu masyarakat sastra beserta aktivitas-aktivitas dan permasalahan-permasalahannya. Panuti Sudjiman(1990:56) mengatakan bahwa novel adalah prosa rekaan yang panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.

Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata merupakan buku kedua dari tetralogi novel Laskar pelangi, yaitu: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Sang pemimpi termasuk novel yang ada di jajaran best seller untuk tahun 2006 - 2007. Bahkan mampu cetak ulang dalam waktu 10 hari. Novel ini menarik untuk dikaji karena didalamnya banyak mengungkapkan kahidupan sosial, pengaruh budaya Malayu, kemiskinan dan kesenjangan sosial. Meskipun demikian penyajian novel ini tidak terlalu dramatis. Andrea mampu menampilkan sudut pandang baru, misalnya memarodikan tragedi. Marah tanpa menyumpah-nyumpah, kritik tanpa memaki-maki, menyindir tanpa menyakiti.

Dalam Sang Pemimpi, Andrea bercerita tentang kehidupan ketika masa-masa SMA. Tiga tokoh utamanya adalah Ikal, Arai dan Jimbron. Ikal alter egonya Andrea Hirata. Arai, saudara jauh Ikal yang yatim piatu dan akhirnya menjadi saudara angkat Ikal. Jimbron,seorang yatim piatu yang terobsesi dengan kuda dan gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup.

Ketiganya larut dalam kisah persahabatan yang terjalin dari kecil sampai mereka bersekolah di SMA Negeri Bukan Main, SMA pertama yang berdiri di Belitung bagian timur. Bersekolah di pagi hari dan bekerja sebagai kuli di pelabuhan ikan pada dini hari. Hidup mandiri terpisah dari orang tua dengan latar belakang kondisi ekonomi yang sangat terbatas namun punya cita-cita besar, sebuah cita-cita yang bila dilihat dari latar belakang kehidupan mereka, hanyalah sebuah mimpi.

Andrea Hirata Seman Said Harun, lahir 24 Oktober adalah seorang penulis Indonesia yang berasal dari pulau Belitung, propinsi Bangka Belitung. Andrea berpendidikan ekonomi di Universitas Indonesia, mendapatkan beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Oleh karena itu, novel tetralogi yang dihasilkannya berdasarkan lingkungan sosial kehidupannya.

materi pembelajaran paragraf narasi

Nama : Prasdita Riadi R.S

NIM : 060210402215

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas / Semester : X / 1
Aspek : Menulis
Tema : Kesenian
Alokasi : 1 X Pertemuan ( 2 x 45 Menit )

Standar Kompetensi :
Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf ( naratif, deskriptif, ekspositif )

Kompetensi Dasar :

Menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat dalam bentuk paragraf naratif.

Indikator :

1. Menunjukkan karakteristik paragraf naratif

2. Mengidentifikasi struktur paragraf naratif

3. Mengembangkan kerangka dari sebuah topik menjadi paragraf naratif ( dengan memperhatikan kronologis waktu dan peristiwa )

4. Menulis paragraf dengan mengurutkan waktu dan peristiwa sesuai kerangka

Uraian Materi

Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Paragraf naratif tidak memiliki kalimat utama.

Narasi dapat berisi fakta atau fiksi.
Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman.
Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.

Contoh narasi berisi fakta:

Ir. Soekarno

Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang

Contoh narasi fiksi:

Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga? Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.

Pola narasi secara sederhana: awal – tengah – akhir.

Awal narasi biasanya berisi pengantar yang mendasari penulisan narasi, yaitu memperkenalkan suasana, tokoh, karakter, tempat, dan waktu. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

Selain beberapa hal diatas, pola bahasa sebaiknya juga diperhatikan,yaitu:

1. Kalimat langsung dan tidak langsung sering digunakan dalam penulisan narasi ini. Dengan pola ini, pembaca akan dibawa penulis seolah-olah berada dalam cerita tersebut.

2. Kata penghubung banyak digunakan dalam menulis narasi untuk menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi. Kata penghubung yang sering digunakan misalnya pertama, kemudian, selanjutnya, setelah, lalu, dan akhirnya. Kata-kata tersebut adalah untuk memberikan tanda tentang kronologi cerita.

Macam-macam paragraf narasi

1. Paragraf narasi ekspositoris berisikan rangkaian perbuatan yang disampaikan secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa tersebut secara tepat.

Siang itu, Sabtu pekan lalu, Ramin bermain bagus. Mula-mula ia menyodorkan sebuah kontramelodi yang hebat, lalu bergantian dengan klarinet, meniupkan garis melodi utamanya. Ramin dan tujuh kawannya berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Ahmad, mempelai pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan Kampung Meruyung. Mereka membawakan lagu “Mars Jalan” yang dirasa tepat untuk mengantar Ahmad, sang pengantin…. (Sumber : Tempo, 20 Februari 2005)

2. Paragraf narasi sugestif adalah paragraf yang berisi rangkaian peristiwa yang disusun sedemikian rupa seehingga merangsang daya khayal pembaca, tentang peristiwa tersebut.

Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan cepat ia mengayunkan pedang itu ke tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut pedang itu dan membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar. Tiga kali Patih Pranggulang melakukan hal itu. Akan tetapi, semuanya gagal. (Sumber : Terampil Menulis Paragraf, 2004 : 66)

Langkah menyusun narasi (fiksi):

1. Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide.

2. Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwa-peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan.

Rangkuman

1. Paragraf narasi adalah paragraf yang berisi cerita atau peristiwa yang sesuai dengan urutan waktu.

2. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi, contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.

3. Pola paragraf narasi: awal-tengah-akhir, bagian awal adalah pengenalan tokoh, seting dan alur, bagian tengah berupa klimaks dari konflik dan bagian akhir berisi penyelesaian dari konflik.

4. Pola bahasa juga harus diperhatikan, yaitu pola kalimat pasif atau aktif dan penggunaan kata penghubung, seperti kemudian, setelah dan akhirnya.

5. Paragraf narasi ada dua macam, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestis. Narasi ekpositoris berisikan rangkaian perbuatan yang disampaikan secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa tersebut secara tepat. Sedangkan narasi sugestif adalah paragraf yang berisi rangkaian peristiwa yang disusun sedemikian rupa seehingga merangsang daya khayal pembaca, tentang peristiwa tersebut.

6. Langkah-langkah menyusun paragraf narasi dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide kemudian dikembangkan sesuai dengan rumus “5W+1H”

Soal Latihan

1. Apakah yang dimaksud dengan paragraf narasi ?

2. Sebutkan karakteristik paragraf narasi !

3. Sebut dan jelaskan macam-macam paragraf narasi!

4. Susunlah sebuah paragraf narasi ekpositoris berdasarkan pengalaman pribadimu!

5. Susunlah sebuah paragraf narasi sugestif(fiksi)!

SUMBER:

http://muslich-m.blogspot.com/2007/08/jenis-karangan-dan-langkah-langkah.html

http://forexmania.biz/karangan-narasi-kemampuan-menulis-karangan-narasi.html

http://tjakroek.blogspot.com/